Desa Kakao, Desa Wisata Banjaroya
| |

Prospek Cerah Pertanian Kakao Desa Wisata Banjaroya

Prospek Cerah Pertanian Kakao Desa Wisata Banjaroya. Ini tentang mimpi kami.

Desa Wisata Banjaroya pernah menjadi salah satu penghasil kakao yang cukup besar. Namun karena berbagai kendala, terutama sistem tata niaga yang kurang baik, membuat petani beralih ke komoditas lain. Hal itu diperparah dengan telatnya peremajaan, sehingga produksi menjadi berkurang secara kuantitas dan kualitas.

Kakao merupakan komoditas ekspor yang cukup diminati. Bahkan banyak negara-negara maju sangat berminat dengan kakao Indonesia. Melansir dari indonesiabaik.co, Pada tahun 2021 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor kakao dan olahannya dari Indonesia sebesar US$1,21 miliar. Nilai tersebut turun 2,92% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$1,24 miliar. Melihat trennya, ekspor kakao bergerak fluktuatif dalam sedekade terakhir. Ekspor kakao Indonesia menjangkau lima benua yaitu Asia, Amerika, Eropa, Afrika, dan Australia dengan pangsa utama di Asia.

Pada tahun 2020 total volume ekspor naik menjadi 377,85 ribu ton dengan total nilai sebesar US$ 1,24 milyar, naik menjadi 382,71 ribu ton pada tahun 2021 dengan total nilai sebesar US$ 1,21 milyar.

Melihat hal tersebut, nampaknya kedepan kakao akan menjadi komoditi yang cukup menjanjikan. Tantanganya adalah bagaimana menghasilkan kakao yang berkualitas tinggi. Hal ini tentu membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk membantu petani. Mulai dari bibit yang bagus, cara perawatan, pengolahan pasca panen, sampai menjadi bahan setengah jadi atau bahkan produk turunanya.

Baca Juga : Perkenalkan, Ini Geblek Banjaroya Yang Membuat Putri Raja Terpesona

Peran Desa Wisata Banjaroya

Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Wisata Banjaroya mulai aktif mendampingi petani, terutama untuk mengembalikan motivasi dan kepercayaan terhadap komoditas kakao. Salah satunya adalah dengan menjadikan pertanian dan industri kakao sebagai salah satu daya tarik wisata. Ini agar petani bisa mendapatkan nilai tambah, sekaligus mendapat wawasan lebih dari wisatawan, sehingga harapanya akan menjadi percaya diri untuk kembali bertani kakao.

Namun tentunya ini belum cukup, perlu bantuan dari berbagai pihak untuk lebih memotivasi petani. Hal yang harus diperhatikan adalah karakter dan kultur petani Banjaroya. Petani Banjaroya kebanyakan adalah petani “naluri”. Artinya mereka masih sangat tradisional dalam hal cara berpikir maupun teknis. Untuk itu perlu ketelatenan dalam mendampingi mereka. Kita juga harus memperhatikan adalah bahwa mayoritas petani kita bukan orang mampu seperti di luar negeri. Mereka butuh perputaran uang yang cepat. Artinya kita juga harus mempertimbangkan berapa luasan lahan, tanaman apa saja yang bisa cepat panen dan menghasilkan, sistem tata niaga yang baik.

Dengan pendampingan yang baik, bukan tidak mungkin pertanian kakao Banjaroya akan kembali berjaya. Lalu kita akan melihat anak-anak petani menjadi sarjana pertanian dan meneruskan apa yang dilakukan orang tuanya.

Ah, aku terbangun kawan. Lain kali kita sambung lagi mimpi kita tentang Prospek Cerah Pertanian Kakao Desa Wisata Banjaroya.

Artikel Lain : Membangun Desa Wisata Itu Butuh Rasa Cukup

Similar Posts

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *