Kethoprak; Teater Jawa Yang Terpinggirkan

Kethoprak; Teater Jawa Yang Terpinggirkan

Foto Istimewa by dewabara.wordpress.com

Kethoprak merupakan suatu bentuk teater/ drama jawa. Konon kesenian ini berawal dari kebiasaan orang desa jaman dahulu ketika ingin menghibur diri. Mereka biasanya akan menabuh lesung sambil bercengkrama di malam purnama. Seiring waktu berjalan, tabuhan lesung atau sering disebut dengan gejog lesung (gejogan) tersebut kemudian dikombinasikan dengan alat lain, sepeti gendang dan gamelan. Semakin hari peminatnya semakin banyak, dan kemudian hiburan yang bermula dari seni tetabuhan tersebut makin berkembang dengan penambahkan dan pengurangan berbagai unsur alat, serta memasukkan seni peran di dalamnya. Adanya unsur tetabuhan dan seni peran itulah yang kemudian desebut dengan Kethoprak.

Pada perkembangan selanjutnya, seni kethoprak menjadi semakin bervariasi dengan masuknya unsur karawitan di dalamnya. Alunan gamelan yang berbalut suara merdu sinden (penyanyi),  membuat  pertunjukan terasa lebih hidup. Cerita yang tersajipun semakin bervariatif mulai dai cerita rakyat, dongeng, babad, legenda, sejarah, ataupun cerita yang adopsi dari  negara lain seperti Sampek Eng Tay, Abunawas dan sebagainya. Biasanya cerita dalam kethoprak ini mengandung pesan moral agar kita selalu berbuat baik, menjunjung tinggi kebenaran, kehidupan bermasyarakat, dan sebaginya. Sindiran yang menyentil penguasa, tokoh agama kerap terselip dalam alur cerita ketoprak.

Awal pertunjukan dengan gending pembuka dan adegan jejer.

Pagelaran atau pertunjukan kethoprak biasanya diawali dengan alunan gending dan lelagon yang dimainkan oleh wiyogo (penabuh gamelan) dan sinden (penyanyi). Kemudian masih dalam balutan gending pembuka, ada parogo yang membacakan penggalan kisah atau cerita (sinopsis) dan nayogo (pemain) yang  akan menyajikan pertunjukan. Pembacaan sinopsis tersebut bertujuan agar penonton penasaran dan tertarik menyaksikan pagelaran hingga usai. Bunyi keprak (kentongan) sebagai penanda bahwa pertunjukan akan segera mulai. Mengawali pertunjukan, ada adegan jejer. Bunyi keprak tersebut sekaligus juga sebagai penghantar atau penanda pergantian segmen-segmen dalam cerita.

Baca Juga : Perkenalkan, Ini Geblek Banjaroya Yang Membuat Putri Raja Terpesona

Mengandung ajaran luhur dalam kehidupan.

Foto Dagelan Kethoprak by dewabara.wordpress.com

Dalam pertunjukan kethoprak, banyak pelajaran berharga yang dapat kita ambil manfaatnya. Dari segi bahasa misalnya, bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Bahasa jawa mengenal beberapa tingkatan bahasa yaitu ; ngoko, krama dan krama inggil. Ngoko untuk berbicara dengan orang yang sederajad (teman). Krama  untuk berbicara kepada orang yang lebih tua. Sedang krama inggil, untuk berbicara kepada orang yang dihormati atau dalam bahas Jawa disebut pepunden. Berbeda dengan cerita-cerita jaman sekarang yang suka mengumbar kata-kata kasar, kethoprak mengajarkan bagaimana kita semestinya bertutur kata yang sopan meskipun kita sedang marah. Kita juga bisa mengambil hikmah melalui petuah-petuah yang biasanya terselip pada segmen dagelan. yang diperankan oleh tokoh biyung emban (pembantu putri) dan juru taman (tukang kebun) sebagai gambaran rakyat jelata.

Seni pertunjukan kethoprak merupakan kolaborasi berbagai unsur seni, yang meliputi seni peran, seni musik, seni olah vokal seni tari dan seni beladiri (pencak silat). Sungguh, kethoprak merupakan sebuah mahakarya yang luar biasa yang ciptakan oleh kesderhanaan nenek moyang kita. Maka sudah semestinya kita patut berbangga dan ikut melestarikan warisan budaya tersebut agar jangan sampai punah atau malah di klaim oleh bangsa lain. Jangan sampai Kethoprak; Teater Jawa Yang Terpinggirkan

Referensi : berbagai sumber

Baca Juga : Menjadi Pribadi Yang Sukses Ala Desa Wisata Banjaroya

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *