|

Piala Dunia 2022, Pemerintah Qatar Perlu Berguru Kepada Sultan Yogyakarta

Sabtu malam, 20 November 2022 pagelaran Piala dunia 2022 resmi dibuka dengan gegap gempita. Sederet artis Internasonal ikut menghiasi acara hajatan internasional tersebut. Sebuah pembukaan yang akan mengawali baku hantam 32 tim dari seluruh penjuru dunia untuk saling memasukkan bola ke dalam gawang. Sebuah pembukaan dari sebuah acara yang menelan biaya 3.400 Triliyun (kalau kita belikan gorengan dan kemudian kita bagikkan kepada warga Indonesia. Setiap orang akan mendapat 14.000 butir gorengan).

Dibalik gemerlapnya pembukaan Piala Dunia 2022 ada beberapa isu yang beredar santer. Isu tersebut tidak hanya beredar melalui grup-grup WA Keluarga, tapi juga disebarkan oleh media-media internasional. Isu tersebut yaitu tentang adanya pelanggaran HAM  dalam proses persiapan pelaksanaan Piala Dunia 2022. Ada isu juga tentang sejumlah pekerja yang meninggal ketika pelaksanaan pembangunan stadion dan fasilitas pendukung Piala Dunia 2022  lainnya karena panasnya suhu di Qatar.  

Terlepas dari benar tidaknya isu tersebut, pemerintah Qatar, perlu belajar dari Sultan Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam hal pembangunan. Pembangunan termaksud ialah pembangunan Selokan Mataram atau Selokan Yoshiro yang berhulu di Bendungan Ancol Kalurahan Banjaroyo.  Sebuah proyek yang tergolong sebagai Mega Proyek oleh Penjajah Belanda maupun Jepang kala itu.

Pembangunan yang Melindungi Rakyat

Setelah naik tahta pada tahun 1940, Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan banyak upaya untuk melindungi rakyat dari ketidakadilan Penjajah Belanda dan Jepang. Salah satu contoh, ketika pemerintah Jepang memaksa pribumi untuk melakukan romusha atau kerja paksa dengan dikirim ke luar Pulau Jawa. Mendengar hal tersebut, Sultan sebenarnya kurang setuju, karena kerja paksa akan menyengsarakan rakyat.

Sultan dengan inisiatif dan  kemampuan diplomasinya berhasil meyakinkan Jepang untuk melaksanakan program pembangunan Selokan Mataram. Adapun alasan utamanya karena di masa itu terjadi kekeringan di sebagian wilayah Yogyakarta. Hal ini juga memiliki tujuan terselubung  agar rakyat Yogyakarta tidak jadi dikirim ke luar Jawa oleh pemerintah Jepang yang terkenal kekejamannya.

Alhasil, usulan tersebut mendapat persetujuan pihak Jepang. Bahkan pihak Jepang juga ikut mendanai proyek tersebut. Rakyat Yogyakarta juga tidak jadi dikirim keluar Jawa karena mereka sudah berkerja untuk membangun selokan Mataram. Selokan yang akan menghubungkan sungai Opak dan Progo.

Mengubah Musibah menjadi Anugerah

Kerja paksa penjajah Jepang merupakan bencana bagi negara-negara yang jajahannya. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga negara lain seperti Korea dan China (seperti yang sering kita lihat dalam drama-drama Korea).  Kemampuan diplomasi, kecerdikan dan kesungguhan Sultan dalam melindungi rakyat Yogyakarta dapat mencegah terjadinya  bencana. Bahkan dapat mengubah kerja paksa menjadi berkah bagi rakyat Yogyakarta.

Pembangunan selokan Mataram juga mengatasi masalah kekeringan di beberapa wilayah dan mampu mencetak lehih dari 6000 Hektar lahan pertanian baru di wilayah Yogyakarta. Pembangunan selokan ini manfaatnya masih bisa kita rasakan hingga saat ini.

Berusaha dengan Kesungguhan

Tahun 1942, di usia pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IX yang baru berjalan satu atau dua tahun bisa saja Sultan beralasan. “jika rakyat Yogyakarta sengsara itu bukan salah saya, itu salah pemerintah sebelumnya, atau salah penjajah Jepang”. Alasan tersebut tentu tidak akan Sultan pilih. Dengen background pendidikan yang baik dari Keluarga Keraton dan pendidikan formalnya di Eropa, Sultan Hamengkubuwono IX mampu mengimbangi bahkan mengalahkan pemikiran para perencana dari Belanda maupunj Jepang.

Penulis meyakini inisiasi Sultan dalam pembangunan selokan Mataram merupakan hasil pemikiran yang sangat mendalam yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk memikirkannya sehingga hasilnya sangat baik.

Pemerintah Negara Lain Juga Harus Ikut Belajar

Kembali ke topik Pemerintah Qatar atau pemerintah-pemerintah lainnya (missal : Zimbabwe, Rusia, Desa, Kabupaten, dll), ada baiknya untuk segera memerintahkan rakyatnya, dan mengagendakan kunjungan ke Desa Wisata Banjaroya untuk belajar atau setidaknya “Napak Tilas” perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Anda bisa memilih paket dengan tema “sejarah” misal paket VW Heritage dan paket Inspiration Trips ala Desa Wisata Banjaroya.  Bagi yang menyukai tantangan, rafting atau arung jeram di sungai Progo juga sayang untuk dilewatkan.  Nah, penasaran-kan? Yuk reservasi sekarang.


Similar Posts

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *