|

Jamas Pacul, Cara Kelompok Tani Sedyo Makmur Menjaga Rasa Syukur

Kelompok Tani Sedyo Makmur Desa Wisata Banjaroya di Kalurahan Banjaroyo, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar tradisi Jamas Pacul untuk mengawali Tahun Baru 1 Muharam 1444H yang bertepatan dengan 1 Suro 1956 Ja Tahun Jawa Ehe, pada Sabtu 30 Juli 2022 di Blok C1 Kalurahan Banjaroyo

Tradisi Jamas Pacul ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang diberikan kepada petani selama setahun kemarin serta memanjatkan doa agar diberikan hasil panen yang melimpah dan berkah di tahun yang akan datang.

Jamas Pacul diawali dengan bersih-bersih alat pertanian, terutama cangkul (pacul) yang dilakukan masing-masing petani di rumah. Kemudian meraka akan membawa alat pertanian tersebut ke lokasi yang disepakati dan kemudian dilakukan prosesi jamas yang dipimpin oleh sesepuh adat. Ini dimaksudkan sebagai rasa terimakasih kepada Tuhan melalui alat-alat pertanian yang telah membantu meringankan pekerjaan para petani selama setahun kemarin, dan juga mempersiapkan alat-alat tersebut untuk digunakan bekerja kembali.  

Pada ritual tersebut, petani juga membuat ambengan untuk dimakan bersama serta hasil bumi yang nantinya akan dibagikan kepada siapapun yang hadir di acara tersebut. Makan Bersama sebagai wujud kebersamaan dalam mengelola alam untuk kebermanfaatan, karena mereka menyadari bahwa apa yang diberikan alam itu tidak sepenuhnya milik mereka. Ada sebagian yang perlu disedekahkan. Maka selain makan Bersama, mereka juga membagikan hasil panen yang berupa singkong, timun, kelapa, dan sebagainya kepada  siapapun yang hadir mengikuti acara tersebut.

Arif Muhaimin, tokoh petani muda yang menggagas acara Jamas Pacul mengatakan bahwa sebenarnya acara ritual semacam ini sudah sering dilakukan kelompok tani tersebut. Namun memang baru kali ini acara tersebut dikemas berbeda, bekerjasama dengan Desa Wisata Banjaroya. Pada kesempatan kali ini, kami juga bersyukur dan berterimakasih atas berkenanya Gusti Kanjeng Ratu Bendoro hadir bersama para petani. Ini tentu akan menambah semangat kami, terutama anak muda dalam menjaga alam melalui pertanian, kata Arif

Menurut Arif, bertani adalah seni merawat alam, dan Kelompok Tani Sedyo Makmur ini masih secara tidak sadar telah melakukan itu. Mereka masih menjaga tradisi dan bahkan sampai saat ini masih melakukan grumpungan. Grumpungan adalah tradisi mengolah lahan secara Bersama dan bergiliran. Sebagai anak muda, kami hanya berusaha untuk menjaga rasa bangga, kesederhanaan dan syukur para petani dengan harapan dapat mewarisi hal-hal positif tersebut. Banyak orang memandang pekerjaan petani seperti tidak berharga. Namun jika kita menyadari, banyak petani yang terlihat lebih bahagia, berkecukupan dan hidup dengan penuh rasa syukur. Intinya, apapun profrsi kita, jika kita menikmatinya maka kita akan bisa Bahagia, pungkas Arif.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *