|

Lurahan Bin Bitingan, Pelajaran Politik Usia Dini Melalui Permainan?

Hidup itu seperti permainan. Bukan untuk memenangkannya, tapi memberi yang terbaik dan menikmati kegembiraanya bersama orang-orang disekitar kita.

Jauh sebelum teknologi mreambah ke seluruh penjuru dunia, orang-orang tua jaman dulu punya cara tersendiri untuk mengedukasi anak-anaknya. Salah satunya melalui permainan tradisional. Permainan tradisional memilik banyak sekali manfaat bagi tumbuh dan berkembangnya anak, baik secara fisik maupun mental. Selain itu, permainan tradisional juga murah meriah karena biasanya peralatan dan bahanya mudah didapat di sekitar kita.  Para psikolog berpendapat bahwa mainan tradisional mampu membentuk motorik anak, baik kasar maupun halus. Selain itu, permainan juga dapat melatih kemampuan sosial para pemainnya, karena kebanyakan permainan tradisional membutuhkan lebih dari satu orang pemain dan menuntut untuk saling bekerja sama. Biasanya dalam permainan tradisional, mereka akan mulai bekerja sama sejak dari persiapan. Dari mencari bahan, menyiapkan tempat dan bersenang-senang/ bermain, biasanya mereka lakukan secara Bersama-sama. Hal ini tentu akan membuat anak mengerti arti pentingnya kegotong royongan dan kebersamaan. Selain aturan resmi dari permainan itu, beberapa aturan detail kadang disepakati sebelum melakukan permainan. Hal ini tentu juga bisa melatih kebijakan, dimana aturan tidak kaku tetapi tetap bersumber pada aturan baku dengan memperhatikan situasi dan kondisi. Dan masih banyak lagi manfaat-manfaat lain dari permainan tradisional.

Baca juga : Gobag Sodor : Melatih Ketangkasan Dengan Permainan

Sumber Gambar : cauchymurtopo

Lurahan

Ada satu permainan tradisional yang unik adalah “Lurahan”. Dibilang unik karena judul permainan ini lurahan, tetapi dalam permainanya tidak ada orang yang ditunjuk atau berperan sebagai lurah (Lurah adalah sebutuan untuk kepala desa di Jogja dan Jawa Tengah), namun disimbolkan dengan sebuah alat, yaitu lidi (biting). Mungkin dari permainan ini yang kemudian menjadikan orang-orang di Jogja dan Jawa Tengah menyebut suara pada pemilihan umum dengan sebutan biting. Kira-kira wong kui bakal entuk biting piro? (kira-kira orang itu akan dapat suara berapa?)

Pada dasarnya permainan lurah-lurahan ini merupakan simbol kehidupan bermasyarakat di desa. Terdapat seorang pemimpin dan banyak rakyat yang disimbolkan dengan lidi yang dipotong-potong sekitar 5 cm dalam jumlah yang banyak. Lidi yang sama tadi dapat diartikan sebagai symbol masyarakat.  Sementara, satu lidi lainya dibuat agak panjang, sekitar 15 cm. Ini sebagai syimbol lurah. Seorang kepala desa (lurah) biasanya memiliki kekuasaan yang besar, dengan fasilitas yang lebih memadahi. Maka dalam permainan ini, lurah (lidi yang panjang) bisa digunakan pemain untuk menolong lidi-lidi lain. Untuk lebih jelasnya simak cara bermain lurahan di bawah ini.

Cara Bermain

  • Sebelum memulai permainan, dibuatlah area permainan. Area ini berupa kotak persegi dengan ukuran kurang dari 50 centimeter.
  • Seperti permainan tradisional pada umumnya, permainan ini dimulai dengan mengundi untuk menentukan siapa yang akan bermain terlebih dahulu. Cara undianya bisa pingsut ataupun yang lain.
  • Pemain yang memenangkan undian akan bermain terlebih dahulu. Dimulai dengan menyebarkan sekumpulan lidi (sesuai kesepakatan) ke tanah/lantai dengan trik tertentu agar lidi tidak keluar dari garis, tetapi bisa menyebar sempurna. Lidi yang melewati garis pembatas,  dinyatakan keluar.
  • Kemudian pemain mengambil lidi satu persatu dengan hati-hati agar lidi yang lain tidak bergerak/ tersentuh. Jika lidi lain bergerak karena tersentuh, maka pemain yang lain akan mengatakan “Mil”. Itu artinya permainan berhenti dan ganti giliran pemain yang lain.
  • Setiap lidi yang berhasil diambil akan diberi skor 5, dan lidi lurah (yang paling panjang) diberi skor 15. Lidi yang panjang (lurah) ini dapat dipakai untuk menolong lidi yang lain dengan mencongkel dengan kepala lurah (ujung lidi lurah ditekuk untuk mengait).
  • Permainan dilanjutkan terus menerus hingga ada salah satu pemain yang mendapatkan nilai batas.  Pemain yang telah melampaui nilai dinamakan “mendhem 1, 2, dan seterusnya.”

Jika dalam 1 kelompok dimainkan oleh 2 orang, misal Anu dan Bebeb, maka keduanya bermain saling berhadap-hadapan. Selain itu, semua pemain harus menyepakati peraturan bersama, Peraturan ini bisasnya dibuat dan disepakati sebelum melaksanakan permainan. yang biasanya disepakati secara lisan, termasuk tentang akhir permainan. Hal ini tentu juga untuk menmberikan edukasi tentang sportivitas. Sehingga kalah ataupun menang, mereka akan terus bersama-sama menciptakan kegembiraan-kegembiraan lain bari mereka dan lingkunganya.

Menarik kan?. Jika kalian tertarik bermain lurahan, silakan datang ke Desa Wisata Banjaroya dengan memesan paket Petualangan Dolanan ataupun Outbond Anak.

Mari bermain dan terus bergembira.

Baca juga : GO BACK THROUGH THE DOOR, CARA ORANG JAMAN DULU MELATIH KETANGKASAN DAN STRATEGI

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *