|

Sugito, Pelestari Durian Lokal Banjaroyo

Mbah Gito, begitu orang-orang sekitr biasa memanggil beliau. Pria kelahiran 19 Oktober 1956 ini masih terlihat begitu gagah dan bersemangat diusianya yang tak lagi muda. Apalagi saat diminta bercerita tentang durian lokal, beliau terlihat sangat bersemangat. Mempunyai nama asli Petrus Sugito, beliau adalah salah satu tokoh kunci dibalik keberhasilan rebranding durian lokal Banjaroya yang kemudian dikenal sebagai Durian Menoreh yang tidak hanya menjadi kebanggaan warga desa Banjaroya, bahkan juga menjadi kebanggaan Kulon Progo dan Yogyakarta.

Mengawali kisahnya, beliau bercerita bahwa pada sekitar tahun 1986, Ketika pergi ke kota Yogyakarta, beliau iseng bertanya pada penjual durian di kota tentang durian yang paling enak dan diminati pembeli. Tak diduga ternyata si penjual menyebut durian dari tempatnya, yaitu Banjaroya, Kalibawang Kulon Progo. Jawaban sederhana itu membuatnya terperangah dan penasaran. Beliau kemudian bertekad untuk mencari informasi lebih tentag durian-durian tersebut.

Dengan tekad kuat, beliau kemudian mulai berkeliling mengunjungi setiap sudut wilayah Banjaroya untuk mencari durian-durian terbaik. Sebagai perbandingan, beliau juga mengunjungi berbagai wilayah lain di Kulon Progo, dari Girimulyo, Kokap, Samigaluh, Pengasih, sampai ke Nanggulan. Selama dua tahun perburuanya, lebih dari 700 buah durian masuk ke dalam perut mbah Gito. Dengan pengetahuan yang terbatas dan hanya mengandalkan ketajaman indra pengecapan dan penciuman, Mbah Gito akhirnya berhasil menemukan tiga jenis durian menoreh yang dianggapnya paling enak dan menarik. Tiga jenis tersebut semuanya berasal dari Banjaroya, yaitu  dari Potronalan, Promasan dan Slanden. Ketiganya memiliki karakter dan keunggulan yang agak berbeda. durian milik Pak Noto Priyo di promasan memiliki daging buah yang tebal dengan rasa yang menyengat. Durian punya Pak Sukidal di Potronalan memiliki keunggulan warnanya yang kuning tajam dengan daging yang tebal dan rasa yang cenderung pahit. Sedangkan durian milik Bu Kasiyatun  di Slanden memiliki keunggulan warnanya jingga, kata Mbah Gito.

Setelah menemukan ketiga jenis tersebut, beliau kemudian mulai berkomunikasi dengan pemilik pohon untuk meminta ijin mengembangbiakanya. Tentunya bukan hal yang mudah. Selain pengetahuanya yang  masih terbatas, berbagai kendala teknis juga banyak dihadapi. Tetapi dengan tekad dan semangat yang kuat, akhirnya beliau berhasil menumbuhkan 15 tanaman dari 80 bibit persemaian.

Setelah bertahun-tahun konsisten dengan pengembangan durian, akhirnya jerih payah tersebut mulai terbayarkan. Sekitar tahun 2000an, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulon Progo mulai meneliti durian-durian tersebut dan mengusulkannya sebagai varietas durian unggul nasional.  Durian menoreh dinilai unggul karena memiliki warna daging buah jingga dan kuning cerah, aromanya tajam, rasa manis, dan ukuran buahnya relatif besar. Lebih khas lagi, daging buah durian menoreh tebal, tak berserat, dan kesat. Daging buahnya mudah dipisahkan dari biji. Puncaknya, pada 8 Mei 2007 Menteri Pertanian menerbitkan surat keputusan yang menyatakan, durian varietas menoreh kuning dan jambon (jingga) sebagai varietas durian unggulan.

Festival Durian Menoreh 2012

Tidak hanya berhenti disitu, pada tahun sekitar tahun 2006 Pemerintah Desa Banjaroya pun mendukung pengembangan durian Menoreh melalui berbagai kebijakan dan program yang berkesinambungan. Tidak hanya tentang petani, tetapi juga upaya promosi. Diawali dengan even panen raya pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2010, Pemerintah desa bersama Desa Wisata Banjaroya, Pokdarwis Banjaroya dan Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) Banjaroya mulai menggelar berbagai event untuk peningkatan branding dan promosi durian menoreh, salah satunya Festival Durian Banjaroya yang kemudian menjadi rujukan kegiatan serupa di berbagai wilayah lain. Tujuan digelarnya berbagai even tersebut adalah agar durian tidak harus dibawa ke kota untuk menjualnya, tetapi pembelilah yang datang ke desa, sehingga akan ada multiplayer efek yang dirasakan masyarakat. Dengan datang ke desa, para pembeli durian tersebut tentunya tidak hanya membeli durian, tetapi juga membeli produk-produk lain dari desa Banjaroya. Sehingga keuntunganya bisa dirasakan oleh lebih banyak warga masyarakat, meskipun secara tidak langsung.

Kini dampak dari jerih payah mbah Gito yang didukung oleh berbagai pihak tersebut telah bisa dirasakan Bersama. Banjaroyo telah dikenal sebagai sentra durian terbaik dan pada masa panen durian akan banyak dikunjungi oleh para penikmat durian dari berbagai kota di Indonesia. Semoga apa yang diperjuangkan dan dicita-citakan mbah Gito Bersama tokoh masyarakat Banjaroyo bisa terwujud dengan sempurna dan bermanfaat bagi masyarakat serta generasi mendatang.

Terimakasih Mbah Gito

Artikel Terkait : Biar Gak Bingung, Perhatikan Tips Memilih Durian

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *