|

Jangan Bikin Program Study Tour, Bikin Saja Program Belajar Di Desa Wisata

Lapangan Parkir Ziarah Makan Kyai Krapyak Tsani, Desa Wisata Banjaroya

Belakangan ini, isu larangan study tour bagi sekolah sedang menjadi perbincangan. Beberapa pemerintah daerah bahkan telah mengeluarkan kebijakan yang membatasi atau melarang kegiatan study tour. Alasan keamanan, efisiensi anggaran, dan kebermanfaatan yang dipertanyakan.. Namun, di tengah polemik ini, ada alternatif menarik yang bisa menjadi solusi: belajar langsung di desa wisata.

Apa Itu Study Tour?

Study tour adalah kegiatan belajar di luar kelas yang biasanya dilakukan oleh siswa dalam bentuk kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, museum, taman hiburan, atau pusat ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memperkuat materi pelajaran sekolah. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, study tour sering kali lebih condong ke wisata rekreasi tanpa memperhatikan aspek edukatif yang seharusnya menjadi fokus utama.

Baca : Bagaimana Menjadi Traveller Bertanggung Jawab?

Mengapa Belajar di Desa Wisata Lebih Baik?

  1. Belajar Kearifan Lokal.
    Siswa dapat memahami bagaimana masyarakat desa mengelola sumber daya alam, menjaga budaya, dan menjalankan kehidupan sosial mereka dengan cara yang lebih sederhana namun penuh nilai kebersamaan.
  2. Mengasah Kemandirian dan Kepekaan Sosial.
    Tinggal dan beraktivitas di desa wisata membuat siswa lebih mandiri. Mereka bisa ikut serta dalam berbagai kegiatan seperti bertani, beternak, atau membuat kerajinan tangan. Selain itu, mereka juga belajar menghargai kerja keras masyarakat desa.
  3. Menghubungkan Ilmu dengan Praktik Nyata.
    Banyak materi pelajaran sekolah yang bisa diaplikasikan langsung di desa. Misalnya pelajaran biologi tentang ekosistem, ekonomi tentang usaha mikro, sejarah, adat budaya, dan sebagainya.
  4. Membangun Kesadaran Lingkungan.
    Hidup di desa yang masih asri memberikan pengalaman nyata tentang pentingnya menjaga lingkungan. Siswa bisa belajar tentang pertanian organik, konservasi air, hingga pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.
  5. Biaya Terjangkau dan Kaya Pengalaman
    Hal ini tentu lebih menguntungkan bagi sekolah dan orang tua siswa yang ingin tetap memberikan pengalaman belajar yang bermakna tanpa harus mengeluarkan anggaran besar.

Kesimpulan

Daripada membuat program study tour yang cenderung bersifat rekreasi, akan lebih baik untuk mengajak siswa untuk menambah pengalaman dengan belajar di desa wisata. Selain memberikan manfaat edukatif yang lebih nyata, pengalaman ini juga membentuk karakter siswa. Siswa akan menjadi lebih mandiri, peduli lingkungan, dan menghargai budaya lokal, serta membentuk jiwa nasionalisme. Dengan begitu, mereka tidak hanya sekadar belajar, tetapi juga mendapatkan bekal kehidupan yang lebih bermakna.

Baca Juga : Live in Banjaroya, Berwisata Sambil Menempa Mental

Similar Posts

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *